sa

Selasa, 27 April 2010

Begadang Berbuah Kanker Hati


TEMPO Interaktif, Jakarta - Pertandingan final Liga Champions UEFA bulan depan adalah masa-masa yang paling dinanti Benny, 30 tahun. Dia sangat menyukai sepak bola, juga suka begadang. Pekerjaannya sebagai jurnalis membuat hidupnya lebih mirip kalong, yang beraktivitas hanya pada malam hari.

"Kalau ada sepak bola, begadangnya makin semangat," kata pria lajang itu saat berbincang dengan Tempo, Selasa pekan lalu. Kebiasaan begadang sudah bertahun-tahun ia lakoni. Selama itu pula ia punya kebiasaan baru, bangun tidur pada siang hari.

Benny sekarang sudah mengalami efek dari kebiasaannya itu. Pertama, ia tidak lagi bisa menikmati udara pagi yang menyehatkan. Tubuhnya mulai ringkih, mulai gampang sakit-sakitan. "Mag saya makin parah, gampang sekali masuk angin," katanya.

Benny tak tahu kebiasaannya itu sangat bisa berakibat fatal di kemudian hari. National Taiwan Hospital (NTH) awal tahun lalu melansir kesimpulan penelitian bagi kebiasaan begadang dan terjaga hingga dinihari. Efeknya mengerikan: bisa mengakibatkan kanker hati.

Ari Fahrial Syam dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menajamkan kesimpulan itu. Ia menyebut begadang biasanya disertai dengan mengkonsumsi makanan dan minuman tidak sehat, seperti kopi, merokok, dan makanan berlemak. Organ dalam tubuh akan dipaksa untuk terus bekerja.

"Liver bisa rusak dan hati diserang hepatitis," katanya melalui sambungan telepon pekan lalu.

Bagaimana kanker itu bisa muncul? Keteraturan pola makan sangat diperlukan agar tubuh dapat menyerap dan membuang zat-zat yang tidak berguna. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang akan mengacaukan proses pembuangan zat-zat tidak berguna. Dari tengah malam hingga pukul 4 dinihari adalah waktu bagi sumsum tulang belakang memproduksi darah.

Secara detail, penelitian dari NTH itu menyebut pukul 21.00-23.00 adalah masa pembuangan zat-zat beracun (detoksin) di bagian sistem antibodi. Pukul 23.00-01.00 adalah masa detoksin di hati. Pembuangan zat ini terus berlanjut dengan menggilir organ-organ pencernaan tubuh hingga pukul 07.00. (Baca: Mengapa Begadang Menimbulkan Efek Negatif?)

Fahrial menyebut, dengan terjaganya seseorang, maka proses metabolisme dan pembuangan zat beracun di tubuh akan terganggu. Lantaran zat-zat itu menumpuk di dalam tubuh, maka akan merusak organ hati yang berguna menetralisasi racun di dalam tubuh. "Akibatnya, hati terus-menerus dipaksa bekerja dan terjadilah kanker hati," kata konsultan gastroenterologi hepatologi itu.

Jam hidup manusia terbagi atas tiga tahap, yaitu delapan jam bekerja normal, delapan jam lagi digunakan untuk kerja ringan, dan delapan jam selanjutnya untuk istirahat total. Fahrial menyebut tidak ada yang menggantikan jam biologis ini, meskipun manusia menyuplai berbagai macam suplemen untuk tetap fit seharian.

Selain sia-sia mengkonsumsi suplemen, mengganti jam istirahat yang seharusnya malam menjadi siang hari tak akan berpengaruh banyak. Karena kualitas tidur pada malam hari pasti berbeda saat siang hari, yang dipenuhi suara berisik di sekitarnya. "Tidur sesuai dengan waktunya adalah aktivitas yang tidak bisa tergantikan dengan apa pun," kata Fahrial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar